Lumpur Sidoarjo tak berhenti menyembur selama enam tahun, terhitung sejak 29 Mei 2006 lalu.
Lumpur panas hasil semburan di area PT Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur, kini dimanfaatkan untuk menjadi produk seperti batu bata, ubin, gerabah, dan keramik. Riset yang dilakukan oleh pihak Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Bali sejak 2010 ini memanfaatkan lumpur agar dampak sosial sebaran lumpur bisa dikurangi.Demikian disampaikan Kepala UPT Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan Porselin (P3ST-KP) BPPT Bali I Gusti Agung Suradharmika. Sebagai material keramik, lumpur dipakai hingga 50 persen dari total volume. Sementara dalam pembuatan genting, telah dicoba menggunakan lumpur hingga 70 persen. Sedangkan 30 persen sisanya dari material lahar dingin Gunung Merapi.
Lumpur diolah pula dengan campuran abu organik, kapur, dan pasir menjadi semen. Saat ini penelitian tengah berfokus pada pembuatan bata ringan yang tahan gempa.
Peneliti dari UPT P3ST-KP BPPT Bali, Toto Nugroho, menjelaskan, lumpur panas mengandung gas sulfur dan nitrogen. Namun, jumlahnya masih di bawah ambang batas, sehingga senyawa kimia dapat hilang selama proses pembakaran. "Lumpur juga diketahui memiliki kandungan unsur iodium tiga puluh persen," ujarnya menambahkan.
Sebelumnya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya pernah juga memanfaatkan material lumpur dalam pembuatan bahan bangunan rumah. Tetapi komposisi lumpur hanya sampai 30 persen.
Meski demikian, langkah pemanfaatan lumpur oleh BPPT ini hanyalah salah satu solusi menyangkut persoalan lumpur Sidoarjo yang tak berhenti menyembur selama enam tahun, terhitung 29 Mei 2006 lalu.
NatGeo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar